Persatuan Jurnalis Indonesia (PWI) berduka atas meninggalnya tokoh pers dan film nasional serta ilmuwan Prof. Salim Said di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Sabtu malam pukul 19.33 WIB.
Ketua Umum PWI Pusat Jenderal Hendry Ch Bangun mengatakan Salim Said adalah contoh bagi jurnalis di tanah air, sehingga kematiannya merupakan kehilangan besar bagi komunitas jurnalistik di Indonesia.
“PWI Pusat turut berduka cita atas meninggalnya Prof. Salim Said, jurnalis Majalah Tempo yang belakangan ini lebih dikenal sebagai seorang intelektual,” jawab Hendry Ch Bangun saat ditanya ANTARA.
“Kita telah kehilangan kepribadian jurnalistik yang hebat, hal ini semakin jarang terlihat, padahal dunia percetakan membutuhkan teladan seperti Prof Salim Said yang produktif dengan karya berkualitas dan tidak pernah takut untuk mengatakan kebenaran,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, lanjut Ketua Umum PWI Pusat Alm. Prof. Salim Said juga menunjukkan bahwa jurnalis bisa menjadi apa saja untuk mengabdi pada bangsa dan negara. Prof mengomentari topik ini. Semasa hidupnya, Salim Said juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Republik Ceko pada tahun 2006–2010, kemudian menjadi anggota MPR RI pada tahun 1998–1999.
Tidak hanya itu, Prof. Salim Said juga aktif mengajar di universitas ternama di Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Hendry menilai Indonesia memiliki dua tokoh pers yang serba bisa, yakni Adam Malik yang jabatan tertingginya adalah Wakil Presiden RI, dan Salim Said.
“Prof. “Salim Said menunjukkan bahwa jurnalis bisa menjadi apa saja karena salah satu kuncinya adalah terus belajar, baik secara otodidak maupun melalui jalur formal di dunia akademis,” ujarnya.
Quoted From Many Source